Oleh : DAYENDRA SASRI
Sudah lama jua belum
sempat menulis karena saya sedang menyibukkan diri lantaran sedang menempuh
semester akhir, sebelumnya saya juga mohon maaf jika dirasa tulisan ini
menyinggung pihak tertentu. Namun yang jelas tulisan ini bukan bermaksud
seperti itu, melainkan hanyalah pertanyaan yang tidak tahu kemana akan
dialamatkan.
Beberapa waktu yang
lalu kita dihebohkan dengan pertanyaan tentang “Kemanakah lulusan mahasiswa
pertanian bermuara?”. Ya, jika dilihat fakta di lapangan ada sebagian lulusan
pertanian bekerja di bank, di bidang asuransi atau di bidang apapun yang tidak
ada kaitanya secara langsung dengan dunia pertanian. Sebagai salah satu
mahasiswa pertanian, bagi sama pertanyaan yang demikian tentu menjadi
perhatian, apalagi saya dibesarkan di lingkungan petani.
Pertanian sering kali
dianggap oleh beberapa orang sebagai sebuah bidang ilmu dengan Grade terendah di antara bidang ilmu
eksakta lainnya. Ini tentu tidak bisa dibenarkan begitu saja. Saya sangat tidak
setuju, tapi hati kecil saya kadang juga harus berkata demikian jika melihat
angka kemiskinan yang cukup tinggi jatuh kepada mereka dengan pekerjaan utama
sebagai petani. Mungkin alasan inilah yang membuat pandangan masyarakat tentang
lulusan pertanian dianggap seperti pernyataan di atas. Di negeri ini khususnya
di bidang pertanian memang masih terlalu kecil peluangnya untuk mendapatkan
masa depan cerah.
Orang-orang non
pertanian boleh bertanya ‘Kemana lulusan pertanian bekerja?, tentu saja hal
serupa juga boleh dilakukan oleh orang yang berkecimpung di dunia pertanian. Saya
sebagai mahasiswa pertanian tentu diperbolehkan untuk bertanya tentang ilmu
lainnya, kemana mereka setelah lulus?.
Kembali harus saya
tegaskan bahwa tulisan ini tidak lebih dari sebuah pertanyaan akan kabingungan
saya menghadapi beberapa hal, bukan juga untuk saling melempar kesalahan. Melainkan
sekedar pertanyaan yang mungkin akan menjadi pikiran kita bersama dalam
menjawabnya.
Sebagai contoh, saya
ingin bertanya dengan pertanyaan yang kurang lebih sama, hanya saja tujuannya
sedikit berbeda. “Kemanakah lulusan Ilmu Administrasi setelah mereka lulus?”
Beberapa waktu terakhir
saya menjadi mengerti betapa ilmu tentang administrasi ini ternyata sangat
penting. Mungkin sama halnya dengan betapa pentingnya hasil-hasil pertanian
untuk mengisi perut buncit mereka yang mencemooh bahwa pertanian adalah bidang
ilmu terendah.
Ketika mengurus
berbagai keperluan skripsi, mulai dari seminar proposal, seminar hasil, ujian
skripsi (komprehensif), yudisium, hingga proses wisuda. Saya merasa terbebani
dengan banyaknya hal-hal yang harus diurus terkait administrasi. Jelas pengurusan
ini maknanya baik, agar data-data dan segala macamnya tidak ada yang tercecer
serta tidak ada kesalahan yang nantinya akan mempersulit yang bersangkutan. Akan
tetapi kadang keribetannya itu justru membuat fikiran lebih stress daripada hal
utama yang harus dilakukan. Saya sudah harus was-was dengan bagaimana ujian
nanti, namun terlepas dari itu semua. Kemudian pengurusan administrasi ini
tiba-tiba ikut menambah kepanikan menjelang ujian. Bahkan persentasenya
kadang-kadang lebih tinggi menyumbang tingkat kepanikan dan keribetan jika
dibandingkan dengan ujian itu sendiri.
Dalam fikiran saya,
jika ingin melaksanakan ujian, seharusnya cukup mendapatkan persetujuan dari
dosen pembimbing kemudian mendaftarkan diri. Selanjutnya segala bentuk urusan
administrasi akan terselesaikan oleh pihak administrasi yang ada. Akan tetapi
kenyataannya tidaklah demikian. Yang akan ujian termasuk saya sendiri juga
kadang malah repot sendiri karena banyaknya administrasi yang harus diurus. Ada
banyak form yang harus diisi, ada banyak kertas yang harus digunakan, kadang
harus bolak-balik untuk mengurusnya dan segala macam hal-hal lainnya yang
memusingkan. Pun pengerjaannya kadang memakan waktu hingga berhari-hari. Kadang
juga sebenarnya tidak lah sulit, tapi ribetnya minta ampun.
Tentu dalam hal ini
yang tahu bagaimana pengelolaannya dengan baik adalah mereka yang selama ini
kuliah mendapatkan ilmu tersebut. Mereka juga yang tahu bagaimana kagunaan
administrasi dan cara-cara jitunya supaya tidak mempersulit urusan seseorang. Tapi
kemana mahasiswanya setelah mereka lulus? Mereka adalah bagian penting sebagai
jabatan untuk berbagai urusan. Tetapi, kenapa tidak kelihatan jejaknya? Tidak terlihat
hasilnya secara nyata dari apa yang mereka pelajari. Sama halnya dengan
pendapat orang-orang non pertanian yang mengatakan, ‘lulusan pertanian semakin
banyak, tetapi Indonesia tidak maju-maju’, begitu jugalah jika saya
berpendapat. ‘Banyak lulusan administrasi setiap tahunnya, tetapi tetap saja
urusan-urusan perihal administrasi masih terasa mempersulit urusan yang
bersangkutan.
Apakah yang sebenarnya
yang salah? Apakah sistemnya?, apakah pemerintahnya?, apakah manusiannya?,
apakah teknis pengelolaannya?, apakah kampusnya?, atau apa?
Ini adalah pengalaman
pribadi saya, yang mungkin beberapa orang pernah mengalami hal serupa, tetapi
kembali ke topik awal bahwa tulisan ini bukan api untuk menyulut api
pertengkaran, tetapi hanyalah pertanyaan untuk kebenaran, untuk bertanya
bagaimana yang sebenarnya.
Kecuali kepada mereka
yang selalu meremehkan dunia pertanian. Bisa makan apa mereka tanpa hasil
pertanian? Mungkin kalian bisa makan semen dan bata hasil mereka dari jurusan
teknik, atau makan mur dan baut untuk mereka dari mesin, atau makan monitor dan
keyboard bagi mereka yang dari komputer, sekalian saja bagi para pencemooh
pertanian minta disajikan nuklir untuk dimakan. Barangkali mereka yang suka
mencemooh adalah orang-orang yang tidak bisa memahami jikalau ilmu itu saling
terkait antara satu dengan lainnya.
Sejujurnya, saya tidak
bisa memberi jawaban kongkrit, kemanakah lulusan pertanian, mengapa sebagai
mahasiswa pertanian enggan bekerja di dalam bidang pertanian. Tapi yang perlu
saya tekankan, seberapa pun mulut besar pencemooh bahwa pertanian adalah bidang
keilmuan teredah, tetap saja kalian tidak bisa terlepas dari produk-produk
pertanian. Kalian geger dengan adanya beras plastik, tetapi masih saja sering
merendahkan petani-petani yang telah membantu kalian mengisi perut dengan beras
asli mereka. Kalian merendahkan mahasiswanya yang secara perlahan telah
membantu petani mengembangkan dunia pertanian. Mungkin secara formal beberapa
lulusan pertanian tidak bekerja di bidang pertanian, akan tetapi sebagian dari
mereka masih menggunakan ilmu yang pernah di dapatkan di bangku kuliah. Entah untuk
mempercantik pekarangan rumah dengan produk dan teknik-teknik pertanian, atau
dengan cara sharing tentang perkembangan pertanian. Serendah apapun pertanian
yang mereka anggap, tatap saja mereka hidup tidak terlepas dari yang namanya
pertanian.
Salam pertanian.
No comments:
Post a Comment