Friday, March 2, 2018

PERTANIAN DI MATA PARA PENCEMOOH


Oleh : DAYENDRA SASRI

Sudah lama jua belum sempat menulis karena saya sedang menyibukkan diri lantaran sedang menempuh semester akhir, sebelumnya saya juga mohon maaf jika dirasa tulisan ini menyinggung pihak tertentu. Namun yang jelas tulisan ini bukan bermaksud seperti itu, melainkan hanyalah pertanyaan yang tidak tahu kemana akan dialamatkan.

 


Beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan dengan pertanyaan tentang “Kemanakah lulusan mahasiswa pertanian bermuara?”. Ya, jika dilihat fakta di lapangan ada sebagian lulusan pertanian bekerja di bank, di bidang asuransi atau di bidang apapun yang tidak ada kaitanya secara langsung dengan dunia pertanian. Sebagai salah satu mahasiswa pertanian, bagi sama pertanyaan yang demikian tentu menjadi perhatian, apalagi saya dibesarkan di lingkungan petani.

Pertanian sering kali dianggap oleh beberapa orang sebagai sebuah bidang ilmu dengan Grade terendah di antara bidang ilmu eksakta lainnya. Ini tentu tidak bisa dibenarkan begitu saja. Saya sangat tidak setuju, tapi hati kecil saya kadang juga harus berkata demikian jika melihat angka kemiskinan yang cukup tinggi jatuh kepada mereka dengan pekerjaan utama sebagai petani. Mungkin alasan inilah yang membuat pandangan masyarakat tentang lulusan pertanian dianggap seperti pernyataan di atas. Di negeri ini khususnya di bidang pertanian memang masih terlalu kecil peluangnya untuk mendapatkan masa depan cerah.

Orang-orang non pertanian boleh bertanya ‘Kemana lulusan pertanian bekerja?, tentu saja hal serupa juga boleh dilakukan oleh orang yang berkecimpung di dunia pertanian. Saya sebagai mahasiswa pertanian tentu diperbolehkan untuk bertanya tentang ilmu lainnya, kemana mereka setelah lulus?.

Kembali harus saya tegaskan bahwa tulisan ini tidak lebih dari sebuah pertanyaan akan kabingungan saya menghadapi beberapa hal, bukan juga untuk saling melempar kesalahan. Melainkan sekedar pertanyaan yang mungkin akan menjadi pikiran kita bersama dalam menjawabnya.

Sebagai contoh, saya ingin bertanya dengan pertanyaan yang kurang lebih sama, hanya saja tujuannya sedikit berbeda. “Kemanakah lulusan Ilmu Administrasi setelah mereka lulus?”

Beberapa waktu terakhir saya menjadi mengerti betapa ilmu tentang administrasi ini ternyata sangat penting. Mungkin sama halnya dengan betapa pentingnya hasil-hasil pertanian untuk mengisi perut buncit mereka yang mencemooh bahwa pertanian adalah bidang ilmu terendah.

Ketika mengurus berbagai keperluan skripsi, mulai dari seminar proposal, seminar hasil, ujian skripsi (komprehensif), yudisium, hingga proses wisuda. Saya merasa terbebani dengan banyaknya hal-hal yang harus diurus terkait administrasi. Jelas pengurusan ini maknanya baik, agar data-data dan segala macamnya tidak ada yang tercecer serta tidak ada kesalahan yang nantinya akan mempersulit yang bersangkutan. Akan tetapi kadang keribetannya itu justru membuat fikiran lebih stress daripada hal utama yang harus dilakukan. Saya sudah harus was-was dengan bagaimana ujian nanti, namun terlepas dari itu semua. Kemudian pengurusan administrasi ini tiba-tiba ikut menambah kepanikan menjelang ujian. Bahkan persentasenya kadang-kadang lebih tinggi menyumbang tingkat kepanikan dan keribetan jika dibandingkan dengan ujian itu sendiri.

Dalam fikiran saya, jika ingin melaksanakan ujian, seharusnya cukup mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing kemudian mendaftarkan diri. Selanjutnya segala bentuk urusan administrasi akan terselesaikan oleh pihak administrasi yang ada. Akan tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Yang akan ujian termasuk saya sendiri juga kadang malah repot sendiri karena banyaknya administrasi yang harus diurus. Ada banyak form yang harus diisi, ada banyak kertas yang harus digunakan, kadang harus bolak-balik untuk mengurusnya dan segala macam hal-hal lainnya yang memusingkan. Pun pengerjaannya kadang memakan waktu hingga berhari-hari. Kadang juga sebenarnya tidak lah sulit, tapi ribetnya minta ampun.

Tentu dalam hal ini yang tahu bagaimana pengelolaannya dengan baik adalah mereka yang selama ini kuliah mendapatkan ilmu tersebut. Mereka juga yang tahu bagaimana kagunaan administrasi dan cara-cara jitunya supaya tidak mempersulit urusan seseorang. Tapi kemana mahasiswanya setelah mereka lulus? Mereka adalah bagian penting sebagai jabatan untuk berbagai urusan. Tetapi, kenapa tidak kelihatan jejaknya? Tidak terlihat hasilnya secara nyata dari apa yang mereka pelajari. Sama halnya dengan pendapat orang-orang non pertanian yang mengatakan, ‘lulusan pertanian semakin banyak, tetapi Indonesia tidak maju-maju’, begitu jugalah jika saya berpendapat. ‘Banyak lulusan administrasi setiap tahunnya, tetapi tetap saja urusan-urusan perihal administrasi masih terasa mempersulit urusan yang bersangkutan.

Apakah yang sebenarnya yang salah? Apakah sistemnya?, apakah pemerintahnya?, apakah manusiannya?, apakah teknis pengelolaannya?, apakah kampusnya?, atau apa?

Ini adalah pengalaman pribadi saya, yang mungkin beberapa orang pernah mengalami hal serupa, tetapi kembali ke topik awal bahwa tulisan ini bukan api untuk menyulut api pertengkaran, tetapi hanyalah pertanyaan untuk kebenaran, untuk bertanya bagaimana yang sebenarnya.

Kecuali kepada mereka yang selalu meremehkan dunia pertanian. Bisa makan apa mereka tanpa hasil pertanian? Mungkin kalian bisa makan semen dan bata hasil mereka dari jurusan teknik, atau makan mur dan baut untuk mereka dari mesin, atau makan monitor dan keyboard bagi mereka yang dari komputer, sekalian saja bagi para pencemooh pertanian minta disajikan nuklir untuk dimakan. Barangkali mereka yang suka mencemooh adalah orang-orang yang tidak bisa memahami jikalau ilmu itu saling terkait antara satu dengan lainnya.

Sejujurnya, saya tidak bisa memberi jawaban kongkrit, kemanakah lulusan pertanian, mengapa sebagai mahasiswa pertanian enggan bekerja di dalam bidang pertanian. Tapi yang perlu saya tekankan, seberapa pun mulut besar pencemooh bahwa pertanian adalah bidang keilmuan teredah, tetap saja kalian tidak bisa terlepas dari produk-produk pertanian. Kalian geger dengan adanya beras plastik, tetapi masih saja sering merendahkan petani-petani yang telah membantu kalian mengisi perut dengan beras asli mereka. Kalian merendahkan mahasiswanya yang secara perlahan telah membantu petani mengembangkan dunia pertanian. Mungkin secara formal beberapa lulusan pertanian tidak bekerja di bidang pertanian, akan tetapi sebagian dari mereka masih menggunakan ilmu yang pernah di dapatkan di bangku kuliah. Entah untuk mempercantik pekarangan rumah dengan produk dan teknik-teknik pertanian, atau dengan cara sharing tentang perkembangan pertanian. Serendah apapun pertanian yang mereka anggap, tatap saja mereka hidup tidak terlepas dari yang namanya pertanian.

Salam pertanian.

No comments:

Post a Comment