Saturday, November 11, 2017

PROGRAM KKN-PPM "BANK DARAH NAGARI" YANG GAGAL TERWUJUD


KKN atau Kuliah Kerja Nyata adalah kegiatan mahasiswa ketika selesai semester enam, KKN secara sederhana bertujuan untuk mengubah paradigma pembangunan (development) menjadi paradigma pemberdayaan (empowerment) di dalam pelaksanaan kegiatan KKN sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih kontekstual, sehingga rekontekstualisasi kegiatan KKN ini mampu menghasilkan bakal pemimpin sejati. Sehingga lulusan Universitas Ekasakti mempunyai empati dan peduli terhadap permasalahan masyarakat ekonomi lemah dan mampu memberdayakan mereka untuk menolong diri mereka sendiri. 

Berfoto bersama di depan posko KKN-PPM Nagari Tuik
Berdasarkan paradigma pemberdayaan tersebutlah maka kegiatan KKN diubah namanya menjadi KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata dan Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat). Dalam hal menjaga citra kegiatan KKN-PPM. Universitas Ekasakti menetapkan proses pendaftaran, penetapan tema dan penyelenggaraan KKN-PPM dilakukan secara profesional dengan melibatkan Fakultas, Direktorat Administrasi Akademik, Direktorat Keuangan, Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset.

Sejalan dengan perubahan paradigma tersebut, maka KKN-PPM dilaksanakan dengan berpijak pada prinsip Keterpaduan aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi, Empati-Partisipatif, Interdisipliner, Komprehensif-Komplementatif, Realistis-Pragmatis, Environmental development dan dengan prinsip pelaksanaannya secara co-creation (gagasan bersama), co-finacing/co-funding (dana bersama), Flexibility (keluwesan), Sustainability (berkesinambungan), KKN-PPM berbasis riset dan Program KKN-PPM menerapkan prinsip sustainability.

Setelah data kelompok dan penetapan lokasi KKN-PPM keluar, saya terpilih pada kelompok tiga di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan tepatnya di Nagari Tuik IV Koto Mudiek dengan jumlah keanggotaan pada saat itu 30 orang. Setelah kami melewati proses pembekalan dan juga rapat perdana kelompok kami, rekan-rekan sekelompok bersepakat menetapkan saya sebagai ketua dari kelompok.

Ketika kami sudah berada di Nagari Tuik IV Koto Mudiek, dengan tidak memolor waktu, dalam minggu pertama kami langsung melakukan survei lokasi dan melihat paradigma yang terjadi. Banyak hal yang yang harus dibenahi kami temui di nagari tersebut karena kebetulan nagari tersebut baru proses pemekaran dan masih dalam kepemimpinan wali nagari perdana. Secara prinsip kelompok, kami merasa senang karena kami tidak lagi memusingkan program-program apa yang kami jalankan.

Dari 78 buah persoalan yang kami temui di nagari tersebut, dari sanalah para anggota kelompok memilih program mana yang bisa mereka jalankan untuk program individunya, karena untuk program induk/ kelompok sudah ditetapkan oleh pihak kampus dengan tema “Nagari Sehat Bersama JKN-KIS”. Saya sendiri dari Fakultas Pertanian Prodi Agroteknologi dari awal ingin menjalankan program “Sehat Dengan Pertanian Organik” seakan gugur di tengah jalan, karena ada hal yang lebih penting saya jalankan pada saat itu. 

Dengan mengubur angan-angan program yang sudah saya rancang sebelum KKN-PPM dilaksanakan, saya lebih memilih program “Pembuatan Website Nagari” karena nagari tersebut masih miskin pada jejak digital, bahkan tidak ada satupun baik itu portal berita maupun artikel tentang nagari tersebut di internet. Nama nagari tersebut hanya tercantum sebagai salah satu nagari yang melakukan pemekaran pada Website Kabupaten Pesisir Selatan, hanya itu saja tanpa ada penjelasan lainnya.

Tepat pada minggu ketiga pelaksanaan KKN-PPM saya sudah merampungkan pembuatan website nagari tersebut dengan bekerjasama dengan sekretaris nagari dan juga sekretaris nagarilah yang sedikit mengerti seputar dunia website dan dia saya pilih untuk admin pengelolah website tersebut dan dengan saya bantu dalam hal monitoring jika seandainya ada sesuatu yang terjadi pada website tersebut. Website Nagari Tuik
Program Pembuatan Website Nagari
Terlepas dari program individu tersebut, kami juga melihat sebuah persoalan di nagari tersebut yaitu sering ada praktik jual-beli darah karena untuk stok darah disana sering tidak tercukupi. Dari paradigma tersebut, kami sekelompok sepakat untuk membuat program induk/ kelompok tambahan yaitu “Bank Darah Berbasis Nagari”. Dengan mengadakan rapat intern kelompok secara singkat, disana kami mempelajari seputar seluk-beluk transfusi darah  karena kebetulan pada Universitas Ekasakti tidak ada Fakultas Kedokteran. Hehehe...

Foto saat rapat berlangsung
Pada hari kedua rapat tepatnya minggu ke dua program KKN-PPM, salah satu anggota kelompok berhasil menjalin kesepakatan kerjasama dengan PMI Kota Padang dalam hal penyimpanan dan pendistribusian darah pada nagari tersebut. Penampatan kami pada saat itu hanyalah sebagai perintis dan secara teknis pihak pemerintah nagarilah yang menjalankan program tersebut dengan dibantu dari pemerintah kabupaten jika seandainya pihak pemerintahan nagari mengalami kendala.

Prinsip “Bank Darah Nagari” itu sangat sederhana, yaitu dengan mencari para pendonor tetap dengan jumlah pendonor sebanyak 5-10 orang pada setiap golongan darah, dan jika seandainya ada pendonor lainnya pada masyarakat nagari tersebut, maka darah disimpan sebagai stok darah nagari tersebut. Darah yang terkumpul tersebut hanya bisa digunakan untuk masyarakat nagari tersebut juga karena bank darah ini berbasis nagari. Fungsi PMI disana adalah sebagai sarana medis dan penyimpan stok darah yang sudah ada, dan pihak PMI pada saat itu sangat setuju untuk kerjasama tersebut. Karena kebetulan, program ini belum ada dilakukan di nagari manapun.

Setelah semua data dan dokumen penunjang telah memadai, masuk minggu ketiga kami mengunjungi Kantor Wali Nagari untuk menyampaikan dan meminta persetujuan untuk menjalankan program tersebut. Tapi, sungguh disayangkan. Pada saat itu Bapak Sumardi sebagai Wali Nagari Tuik IV Koto Mudiek langsung mengatakan bahwa beliau tidak menyanggupi program tersebut, sedangkan kami sudah mempersiapkan semuanya. 

Sampai empat hari berturut-turut kami berusaha meyakinkan beliau untuk program tersebut, tetapi beliau masih bertahan pada keputusannya. Memang pada saat itu kami merasa kecewa dengan keputusan bapak wali nagari tersebut, karena kami merasa bahwa program tersebut sangat dibutuhkan masyarakat pada nagari tersebut. Terlepas dari itu semua, disini saya hanya menceritakan pengalaman KKN-PPM yang pernah kami jalani. Untuk pembaca secara umum, mungkin ada yang tertarik untuk menjalankan program ini pada daerahnya dan secara khusus untuk Mahasiswa/i Universitas Ekasakti, program ini sangat bagus untuk dijadikan program induk tambahan pada saat KKN-PPM generasi selanjutnya.

Sekian terima kasih...

No comments:

Post a Comment