Thursday, October 5, 2017

BAHAYA TITIK JENUH KULIAH

Tujuh semester sudah saya jalani kuliah di Universitas Ekasakti, telah banyak yang saya dapati disini, suka dan duka silih berganti menggegar perjalanan kuliah saya selama disini. Jika tidak ada halangan, Insyaallah satu semester lagi saya bisa lulus. Itu bukan maksud perjuangan sudah selesai, tapi perjuangan yang sebenarnya baru saja dimulai. Karena di semester ini ada tiga poin penting yang akan saya hadapi, yaitu selain menjalani kuliah di semester tujuh, melaksanakan PKL dan merampungkan proposal penelitian.



Dua tahun saya pasif setelah lulus dari SMA, namun karena tekat dan niat yang kuat untuk melanjutkan kuliah alhamdulillah dikabulkan oleh Allah SWT. Pada awal kuliah tepatnya semester satu saya jalani dengan lancar karena saya tergolong pribadi yang Extrovert atau Extraversion yaitu lebih cenderung membuka diri dengan kehidupan luar. Makanya pada awal kuliah saya sudah memiliki banyak teman yang baik dan selalu mensupport khususnya di kelas saya.

Begitu juga dengan semester dua, saya menjalani dengan penuh semangat dan tidak ada halangan yang berarti di dalam perjalanan perkuliahan tersebut, hal ini bukan berarti saya pintar dan hebat. Tetapi karena dukungan dan bantuan dari teman-teman. Namun sesuai kata R.A Kartini “Habis gelap terbitlah terang” jika dibalik berarti “Habis terang terbitlah gelap”. Seperti itulah perjalanan kuliah yang saya hadapi, pada awal-awal perkuliahan saya hadapi dengan semangat tetapi pada pertengahan semester tiga saya menghadapi titik kulminasi atau titik jeniuh dalam perjalanan kuliah.

Pada saat itu saya merasakan kejenuhan yang teramat sangat, karena disisi lain tugas yang menumpuk, tekanan persaingan, dan progress kedepan yang masih sangat samar, istilahnya belum menemukan jati diri perkuliahan. Saat itu saya lebih membuka diri dengan teman di luar kampus dibandingkan dengan teman di kampus yang berakibat saya sering bolos ke kampus dan karena hal ini nilai semester tiga saya sangat tidak memuaskan karena IPK saya tidak sampai pada angka tiga.

Ibarat sebuah program yang terdiri dari source code yang sudah kadaluarsa, sudah saatnya program itu harus di upgrade agar sesuai dengan peran bisnis yang telah berubah. Hal yang saya butuhkan adalah refreshing. Memang pada saat awal semester saya menjalani perkuliahan secara monoton dan mengurangi interaksi dengan kehidupan di luar kampus yang berakibat kejenuhan itu muncul, setelah semester tiga berakhir libur semester pun dimulai, pada saat itulah saya mengeksekusi kejenuhan itu dengan liburan, saya berkeliling Sumatera Barat dengan teman. Dalam liburan itu niat saya hanya satu, yaitu mencari jati diri saya di perkuliahan.

Tiga minggu libur telah berakhir dan saya kembali ke Padang untuk melanjutkan kuliah, pada awal semester empat saya merasa seperti jiwa mahasiswa yang baru memasuki universitas. Semangat kembali membara karena selama liburan saya melihat perkembangan dunia luar dengan penuh persaingan, jadi untuk menghadapi persaingan itu, saya harus mempersiapkan dengan ilmu dan pengalaman yang saya dapati di dalam dan luar kampus.

Setelah menjalani fase tersebut, saya telah menemukan sebuah cara baru untuk menyikapi jika sekiranya tanda-tanda titik jenuh itu muncul. Pada semester empat saya kembali menjalani kehidupan kampus dengan baik dan pada saat memasuki semester lima, saya kembali mengambil kuliah yang nilainya hancur untuk diperbaiki kembali, dan sekarang pada semester tujuh, saya tidak mengalami kendala yang berarti. Bahkan sekarang saya sangat bersemangat agar saya cepat dalam menyelesaikan perkuliahan, apalagi sebentar lagi saya akan melakukan penelitian untuk menuntaskan kewajiban saya di kampus.

Di bangku perkuliahan memang jauh berbeda jika dibandingkan dengan kehidupan di masa SMA, dimana pada saat SMA kita harus berpacu dalam waktu dan fikiran untuk menjalani sekolah namun berbeda dengan kehidupan di kampus, kita harus bisa menyikapi dan menyelaraskan waktu untuk intern dan ekstern kampus. Karena secara prisikis pola fikir kita sudah jauh berbeda pada dua masa itu.

Yang paling berbahaya dalam masalahan titik jenuh ini adalah pada saat semester akhir barulah titik jenuh itu muncul, kebanyakan mahasiswa yang mengakhiri kehidupannya “uppsss bukan bunuh diri ya” tetapi mengakhiri perjuangan kuliahnya karena untuk memperbaiki kesalahan pada akhir semester sangat sulit dan membutuhkan waktu kuliah melebihi batas normal, bisa enam sampai tujuh tahun bahkan lebih. Karena memperbaiki nilai pada semester harus pada kategori genap dan ganjil. Jadi bersyukurlah jika jika kita merasakan hal ini pada pertengahan semester.


No comments:

Post a Comment