Tujuh semester sudah
saya jalani kuliah di Universitas Ekasakti, telah banyak yang saya dapati
disini, suka dan duka silih berganti menggegar perjalanan kuliah saya selama
disini. Jika tidak ada halangan, Insyaallah satu semester lagi saya bisa lulus. Itu bukan maksud perjuangan sudah selesai, tapi perjuangan yang sebenarnya baru
saja dimulai. Karena di semester ini ada tiga poin penting yang akan saya
hadapi, yaitu selain menjalani kuliah di semester tujuh, melaksanakan PKL dan
merampungkan proposal penelitian.
Dua tahun saya pasif
setelah lulus dari SMA, namun karena tekat dan niat yang kuat untuk melanjutkan
kuliah alhamdulillah dikabulkan oleh Allah SWT. Pada awal kuliah tepatnya semester
satu saya jalani dengan lancar karena saya tergolong pribadi yang Extrovert atau Extraversion yaitu lebih cenderung membuka diri dengan kehidupan
luar. Makanya pada awal kuliah saya sudah memiliki banyak teman yang baik dan
selalu mensupport khususnya di kelas saya.
Begitu juga dengan
semester dua, saya menjalani dengan penuh semangat dan tidak ada halangan yang
berarti di dalam perjalanan perkuliahan tersebut, hal ini bukan berarti saya
pintar dan hebat. Tetapi karena dukungan dan bantuan dari teman-teman. Namun sesuai
kata R.A Kartini “Habis gelap terbitlah terang” jika dibalik berarti “Habis
terang terbitlah gelap”. Seperti itulah perjalanan kuliah yang saya hadapi,
pada awal-awal perkuliahan saya hadapi dengan semangat tetapi pada pertengahan
semester tiga saya menghadapi titik kulminasi atau titik jeniuh dalam perjalanan
kuliah.
Pada saat itu saya
merasakan kejenuhan yang teramat sangat, karena disisi lain tugas yang
menumpuk, tekanan persaingan, dan progress kedepan yang masih sangat samar,
istilahnya belum menemukan jati diri perkuliahan. Saat itu saya lebih membuka
diri dengan teman di luar kampus dibandingkan dengan teman di kampus yang
berakibat saya sering bolos ke kampus dan karena hal ini nilai semester tiga
saya sangat tidak memuaskan karena IPK saya tidak sampai pada angka tiga.
Ibarat sebuah program
yang terdiri dari source code yang sudah kadaluarsa, sudah saatnya program itu
harus di upgrade agar sesuai dengan peran bisnis yang telah berubah. Hal yang
saya butuhkan adalah refreshing. Memang pada saat awal semester saya menjalani
perkuliahan secara monoton dan mengurangi interaksi dengan kehidupan di luar
kampus yang berakibat kejenuhan itu muncul, setelah semester tiga berakhir
libur semester pun dimulai, pada saat itulah saya mengeksekusi kejenuhan itu
dengan liburan, saya berkeliling Sumatera Barat dengan teman. Dalam liburan itu
niat saya hanya satu, yaitu mencari jati diri saya di perkuliahan.
Tiga minggu libur telah
berakhir dan saya kembali ke Padang untuk melanjutkan kuliah, pada awal
semester empat saya merasa seperti jiwa mahasiswa yang baru memasuki
universitas. Semangat kembali membara karena selama liburan saya melihat
perkembangan dunia luar dengan penuh persaingan, jadi untuk menghadapi
persaingan itu, saya harus mempersiapkan dengan ilmu dan pengalaman yang saya
dapati di dalam dan luar kampus.
Setelah menjalani fase
tersebut, saya telah menemukan sebuah cara baru untuk menyikapi jika sekiranya
tanda-tanda titik jenuh itu muncul. Pada semester empat saya kembali menjalani
kehidupan kampus dengan baik dan pada saat memasuki semester lima, saya kembali
mengambil kuliah yang nilainya hancur untuk diperbaiki kembali, dan sekarang
pada semester tujuh, saya tidak mengalami kendala yang berarti. Bahkan sekarang
saya sangat bersemangat agar saya cepat dalam menyelesaikan perkuliahan,
apalagi sebentar lagi saya akan melakukan penelitian untuk menuntaskan
kewajiban saya di kampus.
Di bangku perkuliahan
memang jauh berbeda jika dibandingkan dengan kehidupan di masa SMA, dimana pada
saat SMA kita harus berpacu dalam waktu dan fikiran untuk menjalani sekolah
namun berbeda dengan kehidupan di kampus, kita harus bisa menyikapi dan menyelaraskan
waktu untuk intern dan ekstern kampus. Karena secara prisikis pola fikir kita
sudah jauh berbeda pada dua masa itu.
Yang paling berbahaya
dalam masalahan titik jenuh ini adalah pada saat semester akhir barulah titik jenuh itu muncul,
kebanyakan mahasiswa yang mengakhiri kehidupannya “uppsss bukan bunuh diri ya”
tetapi mengakhiri perjuangan kuliahnya karena untuk memperbaiki kesalahan pada
akhir semester sangat sulit dan membutuhkan waktu kuliah melebihi batas normal,
bisa enam sampai tujuh tahun bahkan lebih. Karena memperbaiki nilai pada
semester harus pada kategori genap dan ganjil. Jadi bersyukurlah jika jika kita
merasakan hal ini pada pertengahan semester.
No comments:
Post a Comment