Tuesday, December 20, 2016

HAKIKAT MANUSIA

Oleh : Dayendra Sasri

Pada saat janin (cabang bayi) masih di dalam Alam Rahim (didalam air ketuban), pada saat itu masih belum memiliki nyawa. Yang ada hanyalah Ruh, Rasa pendengaran dan Nafsu muthmainah. Dari Alam Rahim ketika janin berpindah ke Alam Dunia (menjadi bayi) maka sifat fitrah Ruh tersebut berubah menjadi sifat Roh. Selanjutnya ketika telah terjadi kontak dengan Alam Dunia baru disebut dengan Nyawa. Nyawa itu adalah darah yang berada di bawah kulit dan di atas permukaan daging. Ketika adanya Nafas dikala itulah adanya Hidup dan Hidup adalah karena adanya Dzat dan Sifat.


Dari penjelasan singkat mungkin telah bisa pahami. Dimana perbedaan antara Ruh dan Roh dan di dalam Roh terdapat Nyawa dan Nafas (Hidup). Jika dijabarkan fitrah Ruh tersebut terbagi menjadi lima. Yaitu :

      1. Ruh Sulthoniyah (Hak Allah).
Dimana ruh tersebut terletak di hati, jika ruh tersebut keluar dari jasad manusia, maka manusia akan   mengalami kematian (nafas).

      2.  Ruh Ruhaniyah (Hak Rasulullah).
Ruh ini terletak di dada (jantung) dan terdapat pada 360 sendi (Malaikat Muqqorobin di setiap sendi) disini juga terdapat makna 360 hari. Jadi badaniah bukan raga, dimana satu badan menjadi satu atap (menyeluruh).

3. Ruh Makodiyah. 
Ruh ini yang sangat suka meninggalkan jasad. Dimana penjabaran ruh ini meliputi mimp dan mimpi yang benar adalah ketika kita bisa mengingatnya dan menceritakannya dengan jelas ketika terbangun dari tidur meskipun kejadian mimpinya sudah lama terjadi.

      4. Ruh Dinniyah/ Jasadiyah.
Ruh ini berkaitan dengan berdirinya insan kedalam isalam, fitrah diri/ fitrah agama dan ruh samawi.

 5. Selanjutnya jika kita memproses dengan ilmu pengetahuan, maka bertemulah ruh yang disebut dengan Ruhul Qudus Rasulullah SAW.
Dimana kajian didalamnya terdiri dari fitrah. Fitrah adalah sifat-sifat keturuan yang diberikan kepada manusia. Dimana dengan sifat-sifat inilah manusia memiliki dorongan untuk berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya, meniru sifat-sifat Allah. Sehingga terbentuk tatanan yang penuh rahmat dan kita kenal sebagai misi universal rahmatan lii alamain.

Selanjutnya hakikat nyawa. Nyawa adalah rasa jasmani, olahan dari api-angin-air-bumi pada waktu itu mata belum terbuka dan belum bisa melihat. Dimana telinga belum bisa mendengar, hidung belum bisa mencium, mulut belum bisa berkata dan hanyalah telinga yang bisa mendengar. Setelah diberi asi (air susu ibu) atau makanan yang berasal dari sari pati api, angin, air dan bumi maka dari sari pati yang empat tadi menjadi nur darah. Nur darah juga terbagi menjadi empat macam, yaitu :

      1. Alif (nur darah merah).
Berasal dari saripati api, terdapat pada daging dan berfungsi membesarkan daging bayi kemudian hawanya bisa keluar melalui telinga sehingga seorang bayi bisa mendengar (ruhus samma’ yaitu rasa pendengaran).
Jadi, hakikat dari darah yang terbentuk dari api itu adalah tempat terwujudnya sifat Allah yang bernama (‘Azim) sehingga bukan darah melainkan sifat dari Allah yang bernama ‘Azim. Ketika terlahirnya sifat Allah yang bernama ‘Azim pada darah. Maka pada saat itulah darah bernama ‘Azimun dan pemahamannya adalah “bukan darah aku (manusia) melaikan hanyalah ‘Azimun semata”.

      2. Lam (Nur darah kuning).
Berasal dari saripari angin, terdapat pada urat nadi dan berfungsi untuk membesarkan sumsum bayi. Kemudian hawanya keluar dari hidung sehingga seorang manusia bisa mencium dan merasa. (ruhun nafasi yaitu rasa penciuman).
Hakikat urat atau nadi yang terbentuk dari angin adalah tempat terwujudnya sifat Allah yang bernama qawi sehingga bukan urat nadi melainkan sifat Allah yang bernama qawi. Ketika terlahir dari sifat Allah yang bernama qawi pada urat dan nadi. Maka pada saat itulah urat dan nadi bernama qawiyun dan pemahamannya adalah “Bukan urat dan nadi aku (manusia) melainkan qawiyun semata”.

      3. Lam (Nur darah putih).
Berasal dari saripati air, terdapat pada tulang dan berfungsi membesarkan tulang bayi dan hawanya keluar melalui mata sehingga bisa melihat (ruhul bashar yaitu rasa penglihatan).
Hakikat tulang terbentuk dari air adalah tempat terwujudnya sifat Allah yang bernama mayudi sehingga bukan tulang melainkan sifat Allah yang bernama mayuhi. Ketika terlahir sifat Allah yang bernama mayuhi pada tulang maka saat itu tulang bernama mahuyi dan pemahamannya adalah “Bukan tulang aku (manusia) melainkan mahuyi semata”.

      4. Ha (Nur darah hitam).
Berasal dari saripati bumi, terdapat pada kulit dan berfungsi membesarkan kulitnya bayi dan hawanya keluar melalui lidah (mulut) sehingga bisa berbicara. (ruhul kalami yaitu rasa perkataan) dan diproses melalui ilmu maka bertemu dengan

      5. Nur darah bening.
Dimana setelah bayi membesarkan kulitnya, membesarkan dagingnya, membesarkan tulangnnya, membesarkan (banyak) sumsumnya maka keluarlah hawanya.


Hakikat kulit bertemu dengan daging yang terbentuk dari tanah adalah tempat terwujudnya sifat Allah yang bernama hakim, sehingga bukan kulit dan daging melainkan sifat Allah yang bernama hakim. Ketika terlahir sifat Allah yang bernama hakim pada kulit dan daging kemudian saat itu kulit dan daging bernama hakimun dan pemahamannya adalah “bukan kulit dan daging aku (manusia) melainkan hakimun semata”.

Api, angin, air dan tanah yang merupakan komponen pembentuk darah, urat/ nadi, tulang, daging dan kulit hanyalah pembungkus hati, jantung, paru-paru dan buah punggung/ ginjal semata.

Didalam batas ini. Difahami bahwa tubuh manusia tak lebih dari mayah yang terbujur. Walaupun mempunyai kulit, kulit tidak bisa merasa. Berdarah tapi tidak mengalir. Bertulang tapi tidak kuasa menopang tubuh. Mempunyai urat dan nadi tapi tidak mempunyai kekuatan dan pada saat itu manusia bukanlah apa-apa dan bukan pula siapa-siapa.

Manusia pada hakikatnya hanyalah onggokan daging yang terdiri dari selembar kulit pembungkus daging, pembungkus urat dan pembungkus tulang yang berisi hati, jantung, paru-paru dan ginjal. Diluar itu manusia juga memiliki hawa hafsu, kemudian hawa hafsu tersebut juga terbagi menjadi empat, yaitu :

      1. Nafsu Amarah yang berada pada telinga.
      2.  Nafsu Sufiah yang berada pada mata.
      3. Nafsu Lawammah yang berada pada lidah.
      4. Nafsu Muthmainah yang berada pada Hati.

Datangnya nafsu yaitu keinginan pada waktu diberi asi, dimana rasa menjadi kontak dengan gulungan api, angin, bumi dan air. Sebab itulah air susu asal dari empat, buktinya adalah makanan yang dimakan oleh ibu, sebab jika ibunya tidak makan apa-apa dan tidak akan ada air susu. Ketika mulut bertemu dengan air susu tentu adanya rasa. Rasa enak dan manis, terasa yang enak, sampai ingin lagi tidak mau terlambat. Kalau terlambat suka mengangis (sifat bayi).

Semua terjadi karena adanya pertemuan/ kontak. Bukti bahwa adanya kontak ibu dan bapak maka keluarlah seorang bayi dari alam rahim dengan hidupnya maka bertemulah hawa batin dan dhohir. Maka ketika kontak dengan alam dunia maka adanya nyawa.

Sifat dari nyawa adalah nafas dan hakikat nyawa adalah rasa. Ketika rasa kontak dengan makanan maka akan menjadi nafsu dan banyak kemauan sudah pasti dan bibit dari pada kemauan adalah karena sudah merasakan air susu itu enak dirasakan.

Dari penjelasan diatas maka dari adanya rasa enak kemudian pasti adanya rasa tidak enak. Murakabah enak dan tidak enak sudah tentu kepada telinga, mata, hidung. Sebagai contoh di telinga (pendengaran) jika ada yang tidak didengar maka akan menimbulkan amarah.

Ada banyak sekali objek indera di dunia, tetapi kita harus menjaga agar alat indera kita tidak berhubungan dengan terlalu banyak objek. Objek-objek itu tidak kekal, jika terjerat ke dalam hal-hal yang kecil atau remeh (meskipun masalah kecil), seluruh hidup kita akan tidak berarti dan tidak suci lagi.

Kita apat melihat contoh ini pada beberapa binatang atau serangga yang menjadi korban akibat salah satu atau dua alat inderanya. Misalnya, jika seekor rusa mendengar musik yang merdu, ia lalu sangat tertarik sehinga dapat dengan mudah ditangkap.

Jika pendengaran kontak dengan suara yang jelek, kejadiannya menjadi rasa tidak enak, begitu juga jika kontak dengan suara yang baik akan menimbulkan enak, seterusnya begitu. Di mata pun bukti, ada enak di lihat dan tidak enak di lihat, malah ada penglihatan yang suka menimbulkan amarah. Matapun tergantung kontaknya dengan sifat. sifat yang baik dan yang buruk, jika baik maka akan menjadi enak. Pada penciuman juga  begitu, ada enak dan tidak enak, sama dengan pendengaran. 

Begitulah pancaindera dapat terpengaruh oleh keadaan, sehingga nafsu keinginan berkobar laksana bara api yang membakar sekujur tubuh, akibatnya akan menjerumuskannya ke dalam jurang kekalutan dan kebodohan batin. 

Adalah suatu kenyataan, bahwa pancaindera dapat membangkitkan berbagai macam perasaan seperti marah, sedih, senang, takut, susah, benci, dsb. Maka dari itu pentingnya mengendalikan pancaindera dengan tujuan untuk melatih perbuatan, pikiran, dan perasaan kita, agar dapat dikuasai sehingga kita dapat menjadi “tuan bagi diri sendiri”.

Hal-hal duniawi dapat menyebabkan kita menjadi penuh amarah (mata buta), menjadikan kita penuh kebodohan batin (tuli), dan menjadikan kita penuh nafsu keinginan (kehilangan rasa sejati). 

"Panca warna dapat membuat mata menjadi buta, panca suara dapat membuat telinga menjadi tuli, panca rasa dapat membuat lidah kehilangan rasa sejati. Semuanya itu adalah bukti dari adanya segala keinginan. sifat rasa baik dan sifat rasa buruk.


wassalam ....

No comments:

Post a Comment