Sudah bisa disebut barang antik. Memang, karna cikal bakal radio handy talky ditemukan oleh Donald Lewers Hings, P.Eng, M.B.E, C.M asal Kanada dan dengan seiring perkembangan zaman bentuk, ukuran dan fungsinya sudah berevolusi dengan bentuk yang kecil dan kemampuan yang luar biasa. Pada era 80-an barang satu ini adalah bisa menjadi barang mewah dan yang memilikinya bisa dikatakan sudah sangat mapan. Namun memasuki penghujung era90-an barang ini mulai ditinggalkan oleh masyrakat.
Memang pada saat itu,
teknologi lain sudah mulai menapak tilasnya sampai ke Indonesia sejak itulah
zaman eksisnya radio handy talky sudah mulai memudar. Namun, jika kita melirik
lebih jauh tentang perangkat komunikasi yang satu ini memang belum bisa
tertandungi oleh komunikasi lain dari
segi biaya dan mungkin pada nilai efisiennya kalah telak.
Kali ini saya akan
membahas tentang manfaat radio handy talky yang jarang diketahui oleh
masyarakat era revormasi. Hehehehe ... radio handy talky adalah alat komunikasi
yang berbentuk mirip dengan telepon genggam yang dapat mengkomunikasikan dua
orang atau lebih dengan menggunakan gelombang radio dan sering dipakai untuk
komunikasi yang sifatnya sementara karena salurannya dapat diganti-ganti setiap
saat. Dari pengertian diatas kita sudah menemukan bahwa ada poin penting jika
di adu dengan komunikasi yang sudah modern saat ini. Yaitu, penggunaannya tidak
menggunakan alat pembantu lain seperti halnya BTS pada telepon genggam saat
ini. Bedanya dengan radio handy takly adalah memiliki gelombang sendiri dan
tidak terikat dengan gelombang pembantu apapun. Ya, bisa ditebak bahwa
perangkat komunikasi ini sangat dibutuhkan jika seandainya terjadi keadaan
darurat pada alat komunikasi lain tidak lagi bisa dihandalkan dan radio handy
talky masih bisa diandalkan.
Sebagai contoh, pada
Rabu,02 Maret 2016 pukul 20:41 terjadi gempa bumi berkekuatan 7,8 skala richter
yang mengguncang Sumatera Barat yang berpusat di 5,16 derajat lintang selatan
dan 94,05 derajat lintang timur, berjarak 682 kilometer barat daya kepulauan
mentawai dengan kedalaman 10 kilometer. Pada saat itu, khususnya komunikasi via
hanphone genggam (HP) tidak bisa digunakan untuk berkomunikasi dari Kota Padang
ke Kepulauan Mentawai karena BTS yang ada disana tidak bekerja. Pada akhirnya
digunakanlah perangkat radio handy talky agar bisa berkomunikasi antara Kota
Padang dan Kepulauan Mentawai.
Pada saat terjadi
bencana gelombang tsunami di Aceh pada tahun 2004 lalu meluluh lantakkan
seluruh Kota Aceh dan sekitarnya. Secara otomatis seluruh perangkat komunikasi
era modern tidak akan bisa digunakan, pada saat itulah tim radio amatir
diterjunkan langsung pada gelombang bantuan pertama untuk mengakses dan
memberikan akses komunikasi dengan bantuan radio.
Dari pengalaman
tersebut sudah bisa ditebak, kedua perangkat tersebut sebenarnya sangat efisien
dan saling menutupi satu sama lain. Dimana pada saat perangkat radio handy
talky tidak bisa mengakses perangkat hanphone lah yang menutupi dan sebaliknya.
Kesimpulan dari tulisan
ini adalah jangan meremehkan teknologi meskipun teknologi tersebut sudah tidak
semutakhir teknologi sekarang, khusus masyarakat yang berada di zona rawan
bencana diharapkan juga menggunakan perangkat radio handy takly sebagai
cadangan alat komunikasi jika seandainya alat komunikasi yang lain tidak bisa
diakses pada saat terjadinya keadaan darurat. Dengan bergabung dengan komunitas
radio seperti RAPI dan ORARI atau paguyuban radio lainnya, karna penggunaan
pita frekuensi di Indonesia harus mendapatkan izin dari instansi terkait.
No comments:
Post a Comment