Friday, December 1, 2017

Better Forgiven Than Resentment


Manis dibibir lain dihati,
Kita dulu bersama dan satu hati,
Bergembira dan bersenang-senang bersama waktu yang kita lewati.

Tak pernah terlintas dihati akan ada akhir nanti,
Tapi perbedaan ini... membuat kau tinggi hati,
Tak pernah ku meminta dan mengemis untuk minta ditemani,
Karna aku sadar siapa diri ini.

Perjalanan panjang yang kita lalui bersama,
Semakin yakin dan paham akan karakter semua,
Mana yang tulus dan mana yang cuma-cuma,
Mengelus dada dan senyum saja.

Ternyata ada maksud lain dibalik ini semua,
Nafsu haus mu akan prospek kedepan,
Membuat aku harus rela meninggalkan ini selamanya.

Kini kita telah berbeda arah,
Kau masih terlena dibalik sana,
Masih menikmati manisnya perbedaan,
Tak memikirkan bagaimana jatuhnya nanti.

Kini aku telah terbuang sia-sia,
apa yang aku kerjakan selama ini... tak kau hargai sama sekali,
Karna mata dan hatimu telah dibutakan oleh realita yang ada,
Hingga lupa siapa teman yang sejati,
Dan siapa yang selalu pamer diri,
Aku hanya manusia yang pantas dilupai.

Habis manis sepah dibuang,
Itulah yang aku rasakan sekarang,
Pengorbanan, tenanga dan kebersamaan itu telah hilang,
Namun semua tatap ku kenang,
Karna aku bukan seorang pecundang,
Karna semua adalah catatan perjuangan,
Yang tetap ada dalam halaman,
Walau tak berumur panjang.

Aku tak marah apalagi kecewa,
Ingat... sesal kemudian tak ada guna,
Kau buang dia yang setia,
Dalam kebersamaan suka dan duka.

Cobalah belajar menerima,
Semua kekurangan sesama,
Teman sejati bukan hanya kaya,
Apalagi hanya pamer harta,
Teman sejati selalu punya hati yang abadi,
Disaat kau jatuh wataupun bergelimang harta,
Jangan selalu punya sifat yang merasa,
Dirinya paling kaya sedunia.

Teman sejati susah dicari,
Belajarlah untuk memahami,
Jangan habis manis sepah dikhianati,
Karna kau akan menyesal hal tersebut.

"Kulit kacang berakhir di tempat sampah".





No comments:

Post a Comment