Monday, November 25, 2019

PENGARUH PEMANGKAAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH KERITING


PENGARUH PEMANGKASAN TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH KERITING
(Capsicum annuum L.)

THE PRUNING EFFECT TOWARD GROWTH AND
CURLY RED CHILLIES CROP YIELDS

Dayendra Sasri1, Bustari Badal2, Dewirman Prima Putra2
1Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,Universitas Ekasakti Padang
E-mail: dayendrasasri@gmail.com
2Program Studi Agroteknologi, Universitas Ekasakti

ABSTRAK
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, pada bulan Februari – Juni 2018. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan pemangkasan terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah keriting (Capsicum annuum L.). Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Perlakuan adalah berbagai pemangkasan, yang terdiri dari A = Kontrol/ tanpa pemangkasan, B = Pemangkasan pucuk umur 21 hari setelah semai, C = Pemangkasan cabang ke dua, D = Pemangkasan cabang ke tiga. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah dan berat buah per tanaman. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pemangkasan pucuk umur 21 hari setelah semai memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik dibandingkan perlakuan lainnya.

Kata kunci : cabai merah keriting, pertumbuhan, pemangkasan, pucuk, cabang.

ABSTRACT
The research was conduted in Koto Panjang Ikua Koto Subdistrict, Koto Tangah Subdistrict, Padang City in February – June 2018. The aim of the study was to obtain the best pruning of the growth and yield of curly red chilli (Capsicum annuum L.). This experiment was carried out using a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 6 repetitions. Observation data were analyzed by the F test and continued with Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) at the level 5%. The treadment given is a various pruning, which consists A = Control/ without trimming, B = Pruning shoots at the age of 21 day after seedling, C = Pruning branch two, and D = Pruning branch three. Variables observed included plant height, number of branches, flowering age, number and weight of planted fruit. Overall, it can be concluded that pruning at the age of 21days seedling gives the best growth and yield compared to other treatments.

Key words : curly chili, growth, pruning, shoots, branches.

                                            .

  PENDAHULUAN


Tanaman cabai merah keriting (Capsicum annuum L) termasuk ke dalam suku terung-terungan (Solanales) berbentuk perdu, tergolong tanaman semusim. Tanaman cabai merah keriting berasal dari Amerika Selatan (Tjahjadi, 1991). Dengan banyaknya permintaan akan cabai merah keriting, maka cabai merah keriting termasuk produk yang memberikan keuntungan yang sangat besar bagi petani maupun pedagang dalam penjualan cabai merah keriting (Susila, 2006).
Produksi Nasional cabai merah keriting pada tahun 2013 sebesar 1.012.879 ton, tahun 2014 sebesar 1.074.602 ton, tahun 2015 sebesar 1.045.182 ton, dan tahun 2016 sebesar 1.099.965 ton (Badan Pusat Statistika, 2017). Penggunaan cabai merah keriting Nasional mengalami peningkatan, pada tahun 2013 sebesar 890.603 ton, tahun 2014 sebesar 937.073 ton, tahun 2015 sebesar 1.002.198 ton, tahun 2016 sebesar 1.051.911 ton. (Badan Pusat Statistika, 2017).
Dewasa ini tanaman cabai merah keriting menjadi komoditas sayuran penting di Indonesia, karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan seiring dengan penambahan jumlah penduduk maka permintaan akan cabai merah keriting akan meningkat tajam (Yusniawati, 2008). Pelaku usaha tani cabai merah keriting dalam hal ini petani masih belum sepenuhnya menerapkan teknologi yang di ajurkan di dalam melaksanakan usaha tani cabai merah keriting sehingga tingkat produksi cabai merah keriting yang dihasilkan masih di bawah potensi produksinya (Duriat dan Agus, 2003).
Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman cabai merah keriting yaitu dengan melakukan pemangkasan. Pemangkasan bertujuan untuk mengurangi resiko serangan hama dan penyakit juga bisa memperkokoh tanaman agar tidak terlalu berat pada bagian kanopi, mengoptimalkan sinar matahari dan menyeimbangkan bentuk tajuk dan kanopi (Hamid dan Haryanyo, 2012).
Pemangkasan dapat dilakukan dengan memotong bagian ujung atau pucuk tanaman, tindakan pemangkasan ini diharapkan agar pertumbuhan tunas dan cabang semakin banyak, sehingga pembungaan semakin banyak pula. (Syukur, Yunianti, dan Dermawan. 2012).



METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu  

     Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang..  Percobaan ini dilaksanakan bulan Februari sampai bulan Juni 2018.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang dipergunakan adalah benih tanaman cabai merah keriting Varietas Lado F1 (Lampiran 1), pupuk NPK (16:16:16), NPK (15:09:20), Gandasil B dan D, Urea, KCl, SP-36, TOCA, insektisida; curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, fungisida; Dithane M-45. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah cangkul, parang, ayakan tanah, ember plastik, timbangan, tali rafia, ajir, palu, gembor, sprayer, serta alat tulis lainnya.
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan sehingga terdapat 24 satuan percobaan.
     Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 kelompok sehingga terdapat 24, semua tanaman dijadikan sebagai sampel pengamatan. Perlakuan beberapa
Pemangkasan yang terdiri dari A = Kontrol/ tanpa pemangkasan, B = Pemangkasan pucuk umur 21 hari setelah semai, C = Pemangkasan cabang ke dua, D = Pemangkasan cabang ke tiga.
     Data-data dari hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan sidik ragam (uji F).  Bila F-hitung > F-tabel 5% maka untuk mengetahui perlakuan-perlakuan yang berpengaruh, uji dilanjutkan dengan
 mengunakan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT).

Variabel pengamatan
1. Tinggi tanaman (cm)
2. Jumlah cabang (buah)
3. Umur berbunga (hari)
4. Jumlah buah pertanaman (buah)
5. Berat buah pertanaman (g)


       HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman (cm)
Hasil pengamatan tinggi tanaman cabai merah keriting dari beberapa pemangkasan setelah dianalisis secara statistik dengan sidik ragam memberikan pengaruh sangat berbeda nyata. Rata-rata tinggi tanaman akibat beberapa pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan tinggi tanaman cabai merah keriting dari berbagai perlakuan
             pemangkasan.
Perlakuan pemangkasan
     Tinggi tanaman (cm)
D = Dipangkas pada cabang ketiga
C = Dipangkas pada cabang kedua
B = Dipangkas pucuk umur 21 hari setelah semai
A = Kontrol/ tanpa pemangkasan
73,05    a
67,30        b
64,25           c
60,67              d
KK
2,70
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.

Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa tinggi tanaman cabai merah keriting pada perlakuan D, hal ini diduga karena perlakuan D adalah pemangkasan yang terakhir dilakukan dan perlakuan lainnya yang sudah lebih dulu dipangkas memiliki laju kesamping dalam pertumbuhannya setelah dilakukan pemangkasan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury, Frank dan Cleon (1995) menyatakan bahwa memotong pucuk tanaman dapat mengurangi dominasi apikal karena dengan memotong bagian pucuk tanaman, produksi auksin yang disintesis pada pucuk tanaman akan terhambat dan bahkan terhenti, hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral atau tunas ketiak.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Lakitan (1996), pada prinsipnya pemangkasan akan merangsang terbentuknya tunas lebih banyak, pemangkasan menyebabkan dominasi apikal hilang sehingga pertumbuhan memanjang ke atas terhenti. Hal ini dikarenakan sel-sel meristem yang ada di bagian pucuk tanaman yang dipangkas ujung batangnya cendrung beralih melakukan pertumbuhan menyamping, misalnya pembentukan cabang atau tunas lateral.
    

Jumlah Cabang (buah)
Hasil pengamatan jumlah cabang tanaman cabai merah keriting dari beberapa pemangkasan setelah dianalisis secara statistik dengan sidik ragam memberikan pengaruh sangat berbeda nyata. Rata-rata tinggi tanaman akibat beberapa pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.  Hasil pengamatan jumlah cabang tanaman cabai merah keriting dari berbagai     
              perlakuan pemangkasan.
Perlakuan pemangkasan
Jumlah cabang (buah)
C = Dipangkas cabang kedua
D = Dipangkas cabang ketiga
B = Dipangkas pucuk umur 21 hari setelah semai
A = Kontrol/ tanpa pemangkasan
17,22    a
16,52       b
16,00          c
  8,00             d
KK
3,02
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah cabang terbanyak terdapat pada perlakuan C, hal ini diduga karena perlakuan C ketika dilakukan pemangkasan masih didalam fase vegetatif sehingga cabang baru banyak muncul setelah dilakukan pemangkasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno dan Wijanarko (2017), tanaman yang dipangkas dalam fase vegetatif mengakibatkan semua mata tunas yang berpotensi tumbuh dan dipacu secara maksimal untuk menghasilkan cabang baru yang banyak. Sebaliknya pada perlakuan yang lain harus membagi arah pertumbuhan dari vegetatif ke generatif sehingga pembentukan tunas baru terjadi tidak maksimal.
Hasil penelitian dari Magfoer dan Herlina (2015) juga menyatakan bahwa pemangkasan dalam fase vegetatif menyebabkan banyaknya pembentukan cabang lateral baru sehingga tunas ketiak tumbuh dengan cepat.


Umur Berbunga (hari)
Hasil pengamatan umur berbunga tanaman cabai merah keriting dari beberapa pemangkasan setelah dianalisis secara statistik dengan sidik ragam memberikan pengaruh sangat berbeda nyata. Rata-rata tinggi tanaman akibat beberapa pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan umur berbunga tanaman cabai merah keriting dari berbagai
             perlakuan pemangkasan.
Perlakuan pemangkasan
Umur berbunga (hari)
B = Dipangkas pucuk umur 21 hari setelah semai
C = Dipangkas cabang kedua
A = Kontrol/ tanpa pemangkasan
D = Dipangkas cabang ketiga
92,56    a
78,95        b
74,98            c
74,92            c
KK
1,63
Angka-angka pada lajur yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5%.

    

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa bunga yang paling cepat muncul terdapat pada perlakuan D, hal ini diduga karena pemangkasan D adalah pemangkasan yang terakhir dilakukan dari semua perlakuan. Pada saat melakukan pemangkasan pada tanaman D sudah memasuki fase generatif yaitu dengan ditandai sudah munculnya bunga pada tanaman. Begitu juga dengan perlakuan A umur berbunganya juga lebih capat, karena tanpa pemangkasan tunas lateral tidak terbentuk sehingga pembungaan cepat terjadi.
Menurut Widodo dan Sumarah (2007), pemangkasan tanaman akan memperpanjang masa vegetatifnya, akibatnya akan memperlama waktu berbunga. menurut Thompson dan Kelly (1986), pada tanaman yang tidak dipangkas, bagian yang paling aktif dalam pertumbuhannya terdapat pada bagian pucuk atau tunas. Pada bagian ini akan menjadi aktif dan disamping mendapatkan unsur hara dari bagian daun yang digunakan tanaman untuk pertumbuhan tunas atau pucuk. Ketika dilakukan pemangkasan maka hal ini dapat menghambat pertumbuhan pada bagian-bagian yang lain terutama pada fase pembuahan.

Jumlah Buah Pertanaman (buah) dan Berat Buah Pertanaman (gram)
Hasil pengamatan jumlah buah pertanaman dan berat buah pertanaman tanaman cabai merah keriting dari beberapa pemangkasan setelah dianalisis secara statistik dengan sidik ragam memberikan pengaruh sangat berbeda nyata. Rata-rata tinggi tanaman akibat beberapa pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.  Hasil pengamatan jumlah buah dan berat buah pertanaman cabai merah keriting
              dari berbagai perlakuan pemangkasan.
Perlakuan pemangkasan
Jumlah buah pertanaman (buah)
Berat buah pertanaman (g)
B = Dipangkas pucuk umur 21 hari setelah semai
C = Dipangkas cabang kedua
D = Dipangkas cabang ketiga
A = Kontrol/ tanpa pemangkasan
167,50   a
152,08     b
140,36        c
121,20           d
509,37   a
460,61      b
426,59         c
368,41           d
KK
2,00
2,33
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah buah dan berat buah pertanaman  tanaman cabai merah keriting terdapat pada perlakuan B, karena pada perlakuan B pemangkasan dilakukan didalam fase vegetatif. Karena secara teori perlakuan C dan D setelah dilakukan pemangkasan diserang hama trips sehingga banyak tanaman yang mengalami keriting, hal ini terjadi karena tunas baru muncul serentak dan dalam jumlah yang banyak karena pemangkasan.
Menurut Kalshoven (1981), hama thrips (Trips parvispinus) merupakan hama pada tanaman cabai merah keriting. Tjahjadi (1991), virus mosaik dan virus keriting ini ditularkan oleh vektor dengan cara menghisap cairan dalam jaringan tanaman pada bagian-bagian yang lunak, pada saat menghisap cairan pada tanaman tersebutlah virus itu berpindah dari vektor ke tanaman.
Virus keriting ditularkan oleh thrips, virus tersebut menyebar di dalam tanaman kemudian virus membentuk gen yang dapat merusak jaringan pada tanaman yang berupa kromosom atau RNA/ DNA. Juga menghentikan kerjanya gen kromosom/ klorofil yang berupa asam amino sehingga tanaman tersebut dikuasai oleh gen virus keriting (Semangun, 2008).
Green (1996), penyakit virus keriting pada tanaman cabai merah keriting tanpak adanya warna mosaik kuning dan hijau muda yang mencolok pada daun, kelanjutannya pucuk menumpuk keriting dan daun menyirip atau mencekung. Semangun (2008), rendahnya produksi cabai merah keriting salah satunya disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit karena dapat menyebabkan kerugian baik kualitas maupun kuantitas cabai merah keriting.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.    Berbagai pemangkasan yang telah dilakukan terhadap tanaman cabai merah keriting memperlihatkan pengaruh sangat berbeda nyata pada semua variabel pengamatan, seperti tinggi tanaman,  jumlah cabang, umur berbunga, jumlah buah pertanaman, berat buah pertanaman.
2.    Pemangkasan pada pucuk 21 hari setelah semai memperlihatkan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting.

Saran
1.    Pemangkasan yang dilakukan dalam budidaya tanaman cabai merah keriting dilakukan pada saat bibit berumur 21 hari setelah semai.
2.    Pemangkasan selanjutnya dapat dilakukan setelah tumbuhnya cabang setelah pemangkasan 21 hari setelah semai.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika.  2017. Statistika Indonesia 2016. (http://www.bps.go.id). Diakses pada 29 Novembar 2018.
Duriat, A dan M. Agus. 2003. Pengenalan Penyakit Penting Pada Cabai dan Pengendaliannya Berdasarkan Epidemi Terapan. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.
Green, S.K. 1996. Guidelines for Diagnostic Word in Plant Vireology. Asian Vegetables Research and Depelopment Center.
Hamid, A dan M. Haryanto. 2012. Untung Besar Dari Bertanam Cabai Hibrida. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 96 hal.
Kalshoven,  L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Translated By P.A Van Der Lann. PT. Ichitar Baru-Van Hoeve. Jakarta.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salisbury., B. Frank and W.R. Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Srirejeki, D.I., Maghfoer M.D., Herlina N. 2015. Aplikasi PGPR dan Dekamon Serta Pemangkasan Pucuk Untuk Meningkatkan